While a computer can, in theory, be made out of almost anything (see misconceptions section), and mechanical examples of computers have existed through much of recorded human history, the first electronic computers were developed in the mid-20th century (1940–1945). Originally, they were the size of a large room, consuming as much power as several hundred modern personal computers (PCs). Modern computers based on integrated circuits are millions to billions of times more capable than the early machines, and occupy a fraction of the space. Simple computers are small enough to fit into mobile devices, and can be powered by a small battery. Personal computers in their various forms are icons of the Information Age and are what most people think of as "computers". However, the embedded computers found in many devices from MP3 players to fighter aircraft and from toys to industrial robots are the most numerous.
Article Source:
http://en.wikipedia.org/wiki/Computer
Tulisan ini terinspirasi setelah
sekian lama saya merasakan betapa nistanya dunia ini. Dunia ini semakin lama
semakin rapuh. Terkadang saya melihat banyak sekali orang-orang yang selalu
mengatakan benar. Padahal, mereka mendapat penilaian negatif dari orang lain.
Setiap manusia tidak luput dari
salah dan dosa. Kesalahan manusia tersebut berbeda-beda, terkadang manusia
tidak bisa mengoptimalkan dirinya untuk hidup saling berinteraksi dengan orang
lain. Maka dari itu, kita diberikan sifat dan sikap untuk saling menghormati
setiap manusia. Misalnya kita di suruh untuk menghormati orang yang lebih tua
dari kita. orang tua yang duduk di kursi, maka sebaiknya yang lebih muda duduk
di bawah. Apalagi kalau terdapat gang jalan yang banyak orang, maka kita
diharuskan untuk mengucapakan amet (permisi).
Maka dari itu, saya berharap agar
temen-teman semua, baik anak, remaja, dewasa, mapun yang lebih tua. Untuk
selalu bersikap sadar diri terhadap apa yang terjadi di dunia ini. Walaupun
kita kaya, miskin perlu adanya penilaian terhadap diri kita. maka dari itu kita
diharuskan untuk berakhlaqul karimah.
Allah SWT memerintahkan kita semua
untuk selalu berakhlaqul karimah dimana pun kita berada. Akhlaq yang baik
menurut Allah SWT adalah senantiasa mengharap ridlonya, dan selalu meninggalkan
semua larangannya.
Kehidupan ini hanya sebentar, perlu
adanya intropeksi diri. Intropeksi diri adalah penilaian terhadap dirinya
sendiri. Dengan adanya intropeksi diri akhlaq menjadi momok kehidupan.. maka,
jadilah bunga di setiap kehidupan.
Jadilah bunga yang indah. Maka,
ranum kembangmu akan menyejukkan sekitar. Namun jangan kamu suguhkan orang yang
menyukai bangkai. Sebab, bau busuk lebih baik baginya dari semertbak keharuman
kasturi.
Berkatalah jujur, santun, ramah,
dan jangan memberi jika mengharap imbalan. Maka, “Seburuk-buruk umatku adalah
orang yang banyak omong, bermulut besar dan berlagak pandai. Dan sebaik-baik
umatku adalah mereka yang paling baik akhlaqnya.” (H. R. BUKHORI)
Dengan begitu berakhlaqlah seperti
rosulullah, karena akhlaq adalah khas seorang muslim yang membedakan dirinya
dengan yang lain. Akhlaq islam yang tinggi dan mulia akan melahirkan generasi
terbaik dalam beradapan manusia. Sehingga akhlaq adalah kekuatang yang mampu
untuk mewujudkan perdamaian dan kebahagiaan hidup. Akhlaq pun yang membedakan
dengan binatang. Sehingga apabila dalam diri kita tidak tertanam akhlaq yang
baik, maka kita lebih kejam dari binatang.
Akhlaq yang baik adalah cerminan
kehidupan. Buruknya akhlaq merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap
syariah islam. Akhlaq juga merupakan ibadah. “Orang mukmin yang paling sempurna
imannya adalah yang paling luhur akhlaqnya.” (H. R. TIRMIDZI)
Dengan akhlaq kita bisa disegani
dan disenangi banyak orang. Bermodalkan akhlaq pula kita menjalani kehidupan
agar disetiap himpitan dan penderitaan mampu disikapi dengan cara yang baik. Jika
saat ini kehidupan kita tidak dihiasi dengan akhlaq yang baik, derita dan
pengasinganlah yang akan kita peroleh. Ubah diri kita dan milikilah akhlaq yang
terpuji.
Demikianlah keindahan akhlaq yang
baik, tidak ada paksaan untuk intropeksi diri. Memaksa orang lain untuk membuat
terpuji, memaksa dirinya sendiri lebih dioptimalkan. Tanggungjawab perbaikan
adalah terbesar dalam kehidupan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita
renungkan bersama. Tiada kata berpisah dalam hidup ini. Namun takdirlah yang
menghendaki semua itu.
Wassalam……………………..semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar