(Fatwa
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Bazz –rahimahullah)
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasullah
SAW, keluarga dan para shahabatnya.
Amma
Ba’du,
Tidak
diragukan lagi, bahwa Isra’ & Mi’raj
merupakan tanda dari Allah yang menunjukkan atas kebenaran Rasul-Nya Muhammad
SAW dan keagungan kedudukannya di sisi Tuhannya, selain juga membuktikan atas
kehebatan Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya atas semua makhluk.
Firman
Allah :
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. 17:1)
Diriwayatkan
dari Rasulullah SAW bahwasanya Allah telah menaikkannya ke langit, dan
pintu-pintu langit itu terbuka untuknya, hingga beliau sampai ke langit yang ke
tujuh, kemudian beliau diajak bicara oleh Tuhan serta diwajibkan shalat lima
waktu, yang semula diwajibkan lima puluh waktu, tetapi Muhammad kembali
kepadanya minta keringanan, sehingga dijadikannya lima waktu; namun demikian,
walau yang diwajibkan lima waktu saja tetapi pahalanya tetap seperti yang lima
puluh waktu, karena perbuatan baik itu (al-hasanah) akan dibalas dengan sepuluh
kali lipat. Kepada Allah-lah kita ucapkan puji dan syukur atas segala
nikmat-Nya.
Tentang
malam saat diselenggarakannya Isra’ & Mi’raj
itu belum pernah diterangkan ketentuannya (kapan kejadiannya-pen) oleh
Rasulullah SAW, jikalau ada ketentuannya maka itupun bukan dari Rasulullah SAW,
menurut para ahli ilmu. Hanya Allah yang mengetahui akan hikmah kelalaian
manusia.
Seandainya
ada (hadits) yang menetapkan kapan kejadian malam Isra’
& Mi’raj , tetaplah tidak boleh bagi kaum muslimin untuk
mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu, selain juga tidak boleh
mengadakan upacara perkumpulan apapun, karena Rasulullah SAW dan para
sahabatnya tidak pernah mengadakan upacara-upacara seperti itu dan tidak pula
mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut. Juka peringatan malam
tersebut disyari’atkan, pasti Rasulullah SAW
menjelaskannya kepada ummat baik melalui ucapan maupun perbuatan. Jika pernah
dilakukan oleh beliau, pasti diketahui dan masyhur, dan tentunya akan
disampaikan oleh para sahabat kepada kita, karena mereka telah menyampaikan
apa-apa yang dibutuhkan ummat manusia dari Nabinya, mereka (para sahabat) belum
pernah berlebih-lebihan sedikitpun dalam masalah agama, bahkan merekalah
orang-orang pertama kali melakukan kebaikan setelah Rasulullah SAW, Maka
jikalau upacara peringatan malam Isra’ & Mi’raj
ada tuntunannya, niscaya para sahabat akan lebih dahulu menjalankannya.
Nabi
Muhammad adalah orang yang paling banyak memberi nasehat kepada manusia, beliau
telah menyampaikan risalah kerasulannya sebaik-baik penyampaian dan menjalankan
amanat Tuhan-nya dengan sempurna. Oleh karena itu jika peringatan malam Isra’
& Mi’raj dan pengagungannya itu dari Agama Allah, tentu
tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Rasulullah SAW, tetapi karena hal
itu tidak ada jelaslah bahwa upacara dan pengagungan malam tersebut bukan dari
ajaran Islam sama sekali. Allah telah menyempurnakan agama-Nya bagi ummat ini,
mencukupkan nikmat-Nya kepada mereka dan mengingkari siapa saja yang berani
mengada-adakan sesuatu hal dalam agama, karena cara tersebut tidak dibenarkan
oleh Allah.
Allah
berfirman :
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu,
dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama
bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3)
Allah
berfirman pula :
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain
Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang
tidak diridhoi Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari
Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang zhalim
itu akan memperoleh adzab yang pedih.” (Q.S. 42:21)
Dalam
hadits-hadits shahih Rasulullah SAW telah memperingatkan kita agar kita waspada
dan menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah, dan dijelaskan bahwa bid’ah
itu sesat, sebagai suatu peringatan bagi ummatnya sehingga mereka menjauhinya
dan tidak mengerjakannya, karena bid’ah itu mengandung bahaya yang
sangat besar.
Dari
A’isyah ra. dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda :”Barangsiapa
mengada-adakan suatu perbuatan (dalam agama) setelahku, yang belum pernah ada,
maka tidak akan diterima.” (H.R. Bukhari)
Dalam
riwayat Muslim : “Barangsiapa mengerjakan suatu
perbuatan yang belum kami perintahkan, maka ia tertolak.”
Dari
Jabir ra. berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda dalam khutbah Jum’at
: “Amma Ba’du, Sesungguhnya sebaik-baik
perkataan adalah Kitab Allah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad SAW dan sejahat-jahatnya perbuatan (dalam agama) ialah
yang diada-adakan, dan setiap bid’ah (yang diada-adakan) itu
adalah sesat.” (H.R. Muslim)
Dalam
kitab-kitab Sunan, diriwayatkan dari Irbadh bin Saariyah ra. bahwasanya ia
pernah berkata : “Rasulullah SAW pernah
menasehati kami dengan nasehat yang mantap, (jika kita mendengarnya) hati kita
akan bergetar dan air mata akan berlinang. Maka kami berkata kepadanya,”Wahai
Pesuruh Allah, seakan-akan nasehat ini seperti nasehat orang yang akan
berpisah, maka berlah kami wasiat.” Selanjutnya Rasulullah SAW
bersabda: “Aku wasiatkan kepada kamu sekalian agar selalu
bertaqwa kepada Allah, mendengarkan dan menta’ati (perintah-Nya), walaupun
yang memerintahkan kamu itu (berasal dari) seorang hamba. Sesungguhnya
barangsiapa diantara kamu yang berumur panjang (sampai pada suatu masa), maka
akan menjumpai banyak perselisihan, maka (ketika itu) kamu wajib berpegang
teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaarrasyidin yang telah mendapat petunjuk
sesudahku, pegang dan gigitlah dengan gigi gerahamu sekuat-kuatnya. Dan
sekali-kali jangan mengada-ada hal-hal baru (dalam agama), karena setiap hal
baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah
adalah sesat.”
Dan
masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna dengan hadits ini. Para
sahabat dan ulama shalih telah memperingatkan kita agar waspada terhadap
perbuatan bid’ah serta menjauhinya.
Bukankah
hal ini merupakan tambahan dalam agama dan syari’at? Allah tidak
memperkenankan penambahan-penambahan dalam agama berupa perbuatan bid’ah,
karena hal itu menyerupai perbuatan musuh-musuh Allah yaitu bangsa Yahudi dan
Nasrani (seperti mereka memperingati hari kenaikan Isa AS, muslimin memperingati
Isra’ & Mi’raj / kenaikan Rasululullah
SAW ke langit ketujuh, begitu pula mereka memperingati hari kelahiran Nabi Isa
AS, muslimin pun ikut-ikutan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad AS, yang
padahal semua perbuatan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya dan tidak pernah disyari’atkan, pen)
Adanya
penambahan-penambahan dalam agam itu (berarti) menuduh agama Islam kurang dan
tidak sempurna, dengan jelas ini tergolong kerusakan besar, kemungkinan yang
sesat dan bertentangan dengan firman Allah :
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu,
dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama
bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3)
Selain
itu juga bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah SAW yang memperingatkan
kita dari perbuatan bid’ah dan agar menjauhinya.
Kami
berharap, semoga dalil-dalil yang telah kami sebutkan tadi cukup memuaskan bagi
mereka yang menginginkan kebenaran, dan mau mengingkari perbuatan bid’ah,
yakni bid’ah mengadakan upacara peringatan malam Isra’
& Mi’raj, dan supaya kita sekalian waspada terhadapnya,
karena sesungguhnya hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali. Tatkala Allah
mewajibkan orang-orang muslim itu agar saling nasehat-menasehati dan saling
menerangkan apa-apa yang telah disyariatkan Allah dalam agama serta
mengharamkan penyembunyian ilmu, maka kami memandang perlu untuk mengingatkan
saudara-saudara kami dari perbuatan bid’ah ini yang telah menyebar
diberbagai belahan bumi, sehingga dikira sebagian orang berasal dari agama.
Maha
Suci Engkau Ya Allah, Engkaulah yang kami minta untuk memperbaiki keadaan kaum
muslimin ini, dan memberi kepada mereka kemudahan dalam memahami agama Islam.
Semoga Allah melimpahkan taufiq kepada kita semua untuk berpegang teguh dengan
agama yang haq ini, tetap konsisten menjalaninya dan meninggalkan apa-apa yang
bertentangan dengannya. Allahlah Penguasa segala-galanya. Semoga shalawat dan
salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Amiin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar